This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 17 Oktober 2016

Kalimantan Tengah

Sejarah Singkat Kota Kuala Kapuas dan Kabupaten Kapuas

    Senin, 13 Mei 2013

Kabupaten Kapuas dengan ibukotanya Kuala Kapuas adalah satu satu kabupaten otonom eks daerah Dayak Besar dan Swapraja Kotawaringin yang termasuk dalam wilayah Karesidenan Kalimantan Selatan. Suku Dayak Ngaju merupakan penduduk asli Kabupaten Kapuas. Suku ini terdiri dari dua sup suku: Suku Oloh Kapuas – Kahayan dan Oloh Otdanum.

Menurut penuturan Pusaka “Tetek Tatum” nenek moyang suku Dayak Ngaju pada mulanya bermukim disekitar pegunungan Schwazener di sentra Kalimantan (Alang 1981). Barulah pada perkembangan berikutnya suku Dayak Ngaju bermukim menyebar di sepanjang tepi Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan.
Pada abad ke-16 dalam naskah Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga Empu Prapanca dari Majapahit pada tahun 1365 M, menyebutkan adanya pemukiman. Kemudian dalam naskah hikayat Banjar, berita Tionghoa pada masa Dinasti Ming (1368-1644) dan piagam-piagam perjanjian antara Sultan Banjarmasin dengan pemerintah Belanda pada babat ke-19 memuat berita adanya pemukiman sepanjang Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan yang disebut pemukiman Lewu Juking.

Lewu Juking merupakan sebuah pemukiman berumah panjang yang terletak di muara Sungai Kapuas Murung (bagian barat delta Pulau Petak yang bermuara ke Laut Jawa) sekitar 10 km dari arah pesisir laut Jawa yang dipimpin oleh kepala suku bernama Raden Labih. Penduduk Lewu Juking dan penduduk sekitarnya sering diserang oleh rombongan bajak laut. Walaupun beberapa kali rombongan bajak laut dapat dipukul mundur oleh penduduk Lewu Juking dan sekitarnya, tetapi penduduk merasa kurang aman tinggal di daerah tersebut, sehingga pada tahun 1800 banyak penduduk pindah tempat tinggal mencari tempat yang jauh lebih aman dari gangguan bajak laut.

Akibat perpindahan penduduk Lewu Juking dan sekitarnya, maka sepanjang arah Sungai Kapuas dan Sungai Kapuas Murung bermunculan pemukiman-pemukiman baru, seperti di tepi Sungai Kapuas Murung muncul pemukiman Palingkau yang dipimpin oleh Dambung Tuan, pemukiman Sungai Handiwung dipimpin oleh Dambung Dayu, pemukiman Sungai Apui (seberang Palingkau) dipimpin oleh Raden Labih yang kemudian digantikan oleh putranya Tamanggung Ambu. Sedangkan ditepi Sungai Kapuas terdapat pemukiman baru, seperti Sungai Basarang dipimpin oleh Panglima Tengko, Sungai Bapalas oleh Panglima Uyek dan Sungai Kanamit dipimpin oleh Petinggi sutil.

Penyebaran penduduk disepanjang tepian sungai tersebut tidak dapat diperkirakan ruang dan waktunya secara tepat. Kawasan ini pada bagian hilirnya masih merupakan rawa pasang surut yang tidak mungkin menghasilkan rempah-rempah sebagai komoditi perdagangan. Kawasan Kapuas-Kahayan bersama penduduknya masih terisolasi sekian lama dari hubungan dengan dunia luar.

Bulan Pebruari 1860, dalam rangka mengawasi lalu lintas perairan di kawasan Kapuas, pihak Belanda membangun sebuah Fort (benteng) di Ujung Murung dekat muara Sungai Kapuas, sekitar rumah jabatan Bupati Kapuas sekarang. Bersama dengan adanya benteng di tempat tersebut, lahirlah nama “Kuala Kapuas” yang diambil dari sebutan penduduk setempat, yang sedianya menyebutkan dalam Bahasa Dayak Ngaju “Tumbang Kapuas”. Seiring dengan itu ditempatkanlah seorang pejabat Belanda sebagai Gezaghebber (pemangku kuasa) yang dirangkap oleh komandan benteng yang bersangkutan, sehingga kawasan Kapuas-Kahayan tidak lagi berada dibawah pengawasan pemangku kuasa yang berkedudukan di Marabahan. Disamping itu ditunjuklah pejabat Temanggung Nicodemus Ambu sebagai kepala distrik (districtshoofd).
Sementara itu perkampungan diseberang, yakni di Kampung Hampatung yang menjadi tempat kediaman kepala distrik yang pada saat itu bertempat disekitar Sei Pasah. Sejak terbentuknya Terusan Anjir Serapat Tahun 1861, berangsur-angsur berubah dari pemukiman rumah adat betang menjadi perkampungan perumahan biasa. Selanjutnya bertambah lagi Stasi Zending di Barimba pada Tahun 1968, disusul munculnya perkampungan orang Cina diantara Kampung Hampatung dan Barimba, serta terbentuknya perkampungan dengan nama Kampung Mambulau disekitar Kampung Hampatung.

Dari berbagai peristiwa dan keterangan tersebut, akhirnya dijadikan sebagai acuan untuk Hari Jadi Kota Kuala Kapuas, yaitu dari bermulanya Betang Sei Pasah yang didirikan sebagai satu-satunya pemukiman adat yang tertua dilingkungan batas Kota Kuala Kapuas (yang masih utuh sewaktu permulaan pembangunan kota ketika Temanggung Nicodemus Jayanegara). Penyempurnaan buku sejarah Kabupaten Kapuas pada tanggal 1-2 Desember 1981 di Kuala Kapuas, menetapkan Hari Jadi Kota Kuala Kapuas pada tanggal 21 Maret 1806 berdasarkan atas berdirinya Betang Sei Pasah pada tahun 1806.

Terbentuknya Pemerintah Kabupaten Kapuas, sejak Proklamasi Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 saat kedatangan pasukan Australia yang bertugas melucuti senjata Jepang dibawah pimpinan Kolonel Robson yang ikut membonceng rombongan orang Belanda dari organisasi bersenjata NICA dibawah pimpinan Mayor Van Assendep. Sebelum pasukan Australia meninggalkan Banjarmasin pada tanggal 24 Oktober 1945 pihak NICA telah menyusun administrasi pemerintahan untuk wilayah Borneo Selatan dibawah pimpinan Residen Abley sampai awal Desember 1945. Pihak Belanda belum menjamah daerah Kapuas sekalipun instruksi mereka telah disampaikan kepada para pejabat Indonesia yaitu para mantan Guncho (Kepala Distrik) di Kuala Kapuas dan Kuala Kurun untuk melakukan tugas pemerintahan sebagaimana biasa dan untuk pertama kalinya pihak pejabat setempat (Hoofd Van Plaatselijk Bestuur) pada masa sebelumnya dijabat oleh seorang Belanda Gezaghebber ataupun kontrolir ditempat yang bersangkutan.

Pada tanggal 17 Desember 1945 pihak Belanda / NICA datang langsung ke Kuala Kapuas dengan melewati perlawanan rakyat oleh Haji Alwi disekitar kilometer 9,8 Anjir Serapat. Pada tahun 1964 dengan mantapnya kekuasaan Belanda di Kalimantan, daerah Kapuas sedikit dimekarkan dengan membentuk onderdistrick baru yaitu onderdistrik Kapuas Hilir beribukota Kuala Kapuas, onderdistrik Kapuas Barat beribukota Mandomai, onderdistrik Kapuas Tengah beribukota Pujon, onderdistrik Kahayan Tengah beribukota Pulang Pisau, dan onderdistrik Kahayan Hulu beribukota Tewah.

Pada akhir tahun 1946 (tanggal 27 Desember 1946) di Banjarmasin terbentuk Dewan Daerah Dayak Besar, yaitu suatu Badan Pemerintah Daerah yang meliputi Apdeling Kapuas Barito (tidak termasuk Lanshap Kotawaringin) atas dasar Zelfbestuurs Regeling / Reheling (peraturan swapraja) tahun 1938 sebagai ketua adalah Groeneveld (eka asisten residen), wakil ketua Raden Cyrillus Kersanegara dan sekretaris Mahar Mahir. Hasil pemilihan anggota Dewan Dayak Besar, terpilih sebagai ketua Haji Alwi, wakil ketua Helmuth Kunom, sekretaris Roosenshoen, anggota badan pengurus harian adalah Markasi dari Sampit, Barthleman Kiutn dari Barito, Adenan Matarip dan Ed. Tundang dari Kapuas.

Pada tanggal 14 April 1950 atas dasar tuntutan rakyat dengan didasari keyakinan sendiri untuk memenuhi aspirasi rakyat, pihak Dewan Daerah Dayak Besar menentukan sikap peleburan diri secara resmi ke dalam Negara Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: C.17/15/3 Tanggal 29 Juni 1950, menetapkan tentang Daerah-Daerah di Kalimantan yang sudah bergabung dalam Republik Indonesia dengan administrasi pemerintahnya terdiri dari 6 daerah Kabupaten yaitu Banjarmasin, Hulu Sungai, Kota Baru, Barito, Kapuas dan Kotawaringin, serta 3 daerah swapraja yaitu Kutai, Berau dan Bulongan.
Pada akhir tahun 1950 kepala kantor persiapan Kabupaten Kapuas Wedana F. Dehen memasuki usia pensiun dan diserahkan kepada Markasi (mantan anggota Dewan Daerah Dayak Besar). Kemudian pada bulan Januari 1951, Markasi diganti oleh Patih Barnstein Baboe.

Pada hari Rabu tanggal 21 Maret 1951, di Kuala Kapuas dilakukan peresmian Kabupaten Kapuas oleh Menteri Dalam Negeri dan sekaligus melantik para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara. Pada saat itu Bupati belum terpilih dan sementara diserahkan kepada Patih Barnstein Baboe selaku kepala eksekutif.

Pada awal Mei 1951 Raden Badrussapari diangkat selaku Bupati Kepala Daerah Kabupaten Kapuas yang pertama. Pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 1951 oleh Gubernur Murdjani atas nama Menteri Dalam Negeri.

Oleh masyarakat Kabupaten Kapuas setiap tanggal 21 Maret dinyatakan menjadi Hari Jadi Kabupaten Kapuas dan bertepatan dengan peresmian Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas.

Pada tahun 2002 Kabupaten Kapuas telah dimekarkan menjadi 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas sebagai kabupaten induk dengan ibukota Kuala Kapuas, terdiri dari 12 kecamatan; Kabupaten Pulang Pisau dengan ibukota Pulang Pisau, terdiri dari 6 kecamatan, dan Kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun terdiri dari 6 kecamatan.

Bupati Kapuas Dari Periode Ke Periode
1.       G. Obos – Periode 1955-1958
2.       Y. C. Rangkap – Periode 1958-1960
3.       Ben Brahim – Periode 1958-1960
4.       Piter K. Sawong – Periode 1960-1962
5.       E. Mahar – Periode 1962-1964
6.       L. B. Binti – Periode 1964-1966
7.       Untung Surapati – Periode 1966-1975
8.       B.A. Tidja – Periode 1975-1976
9.       H. Moch. Adenan – Periode 1976-1988
10.   H. Endang Kosasih – Periode 1988-1993
11.   H. Odji Durachman – Periode 1993-1998
12.   Ir. H. Burhanudin Ali – Periode 1998-2008
13.   Ir. H. M. Mawardi, MM – Periode 2008-2013
14.   Ir. Ben Brahim S. Bahat – Periode 2013-2018
Sumber : http://www.kapuas.info/2013/05/sejarah-singkat-kota-kuala-kapuas-dan.html

Minggu, 02 Oktober 2016

Martapura

Martapura, Banjar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Martapura
Kecamatan
Kantor camat Martapura
Kantor kecamatan Martapura
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Selatan
KabupatenBanjar
Pemerintahan
 • Camat...
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Martapura adalah sebuah kecamatan sekaligus ibu kota KabupatenBanjar, Provinsi Kalimantan SelatanIndonesia. Martapura terletak di tepi sungai Martapura dan berjarak 40 km di sebelah timur Kota Banjarmasin, ibukota provinsi Kalimantan Selatan.
Kota Martapura (Metapoora) jaraknya sekitar 10 mil dari Kayu Tangi(Caytonge atau Cotatengah).[1] Martapura merupakan ibukotaKesultanan Banjar (terakhir pada masa pemerintahan Sultan Adam).
Ulama Banjar yang terkenal Syekh Muhammad Arsyad al-Banjaripenulis Kitab Sabilal Muhtadin berasal dari kota ini.

Julukan[sunting | sunting sumber]

Kota Santri[sunting | sunting sumber]

Kota ini terkenal sebagai Kota santri di Kalimantan, karena terdapat puluhan pesantren di sini, Salah satu pesantren yang terkenal di Martapura adalahPesantren Darussalam.

Kota Intan[sunting | sunting sumber]

Kota ini juga terkenal dan sering dikunjungi wisatawan karena merupakan pusat transaksi penjualan intan dan tempat penggosokan intan utama di Kalimantan dan menyediakan banyak cenderamata batu mulia.
Martapura adalah kota “berkilau” secara harfiah karena memang dikenal sebagai penghasil banyak batu mulia. Martapura juga merupakan pusat pengolahan berlian sekaligus tempat transaksi berlian di Kalimantan. Martapura disebut-sebut sebagai salah satu daerah penghasil batu mulia berkualitas terbaik di dunia.[2]
Bagi penggemar perhiasan dan aksesoris seperti kalung, gelang, cincin, bros, dan lainnya terutama yang terbuat dari berlian murni, emas, perak, dan berbagai batu permata lain, maka Martapura adalah tempat yang tepat untuk berburu perhiasan tersebut. Kualitas perhiasan Martapura yang secara global diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Berlian dan batu mulia Martapura dapat dengan mudah ditemukan di pasar berlian dan perhiasan yang dikenal dengan nama Pasar Cahaya Bumi Selamat.[2]

Kota Serambi Makkah[sunting | sunting sumber]

Martapura sering juga disebut sebagai kota Serambi Makkah karena di kota ini banyak santri-santri yang berpakaian putih-putih yang hilir mudik untuk menuntut ilmu agama dan selain itu juga kota ini terkenal sebagai kota yang agamis.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Martapura terdiri dari 19 desa dan 7 kelurahan, yaitu :
Desa
Kelurahan

Pemekaran Daerah[sunting | sunting sumber]

Martapura adalah ibukota Kabupaten Banjar, Dengan seiring ramainya kota ini Martapura akan di mekarkan dari Kabupaten Banjar.
Kecamatan yang akan bergabung 1. Martapura 2. Martapura Barat 3. Martapura Timur
Pemekaran Daerah ini harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah daerah dan pusat.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Sabtu, 01 Oktober 2016

Kaligrafi

Seni khat Islam

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Tandatangan bergaya (tughra) Sultan Empayar Uthmaniyah Mahmud II
Tulisan cermin seni khat Empayar Uthmaniyah abad kelapan belas. Menggambarkan ayat علي ولي الله (Ali adalah wali Allah') pada kedua-dua arah.
Khat Islam, atau khat Arab, ialah amalan penulisan berseni atau seni khat dan, secara tambahan, berkaitan dengan penjilidan[1], di kawasan yang berkongsi warisan kebudayaan Islam yang sama. Bentuk kesenian ini berasaskan tulisan Arab, yang untuk tempoh yang lama digunakan oleh semua Muslim dalam bahasa masing-masing. Mereka menggunakannya bagi mewakili Tuhan kerana mereka menolak melambangkan Tuhan menggunakan gambar.[2] Seni khat seni yang amat disanjungi daripada seni-seni Islam kerana ia merupakan cara utama mengekalkan al-Qur'an. Syak terhadap seni gambaran sebagai taghut dan penyembahan mendorong perkembangan seni khat dan gambaran abstrak menjadi bentuk gambaran kesenian utama dalam kebudayaan Islam, terutama dari segi konteks keagamaan.[3] Karya pakar khat dikumpul dan dihargai.
Seni khat orang-orang ArabParsi, dan Empayar Uthmaniyyah dikaitkan dengan motif abstrak arabes pada dinding dan siling masjid dan juga pada kitab. Ahli seni lukis semasa dalam dunia Islam memetik warisan khat untuk menulis khat atau pengabstrakan hasil karya mereka.

Isi kandungan

Peranan dalam budaya Islam[sunting | sunting sumber]

Wanita melihat perkataan Allahdi Masjid Kuno di EdirneTurki.
Seni khat boleh dipertikaikan sebagai bentuk paling dipuja dalam kesenian Islam kerana skirp Arab merupakan cara penyampaian Al-Quran. Kitab suci Islam, Al-Quran, telah memainkan peranan penting dalam perkembangan dan pembangunan bahasa Arab, dan secara tambahan, seni khat dalam huruf Arab. Peribahasa dan ayat penuh dari Al-Quran masih merupakan sumber aktif seni khat Islam.

Sejarah stail berbeza[sunting | sunting sumber]

Perbezaan bentuk penulisan skrip huruf Arab biasanya dibahagikan antara skrip geometrik (pada asasnya Kufi dan variasinya) dan skrip melengkung (seperti Naskh, Ruq'ah, Thuluth...)

Gaya geometrik[sunting | sunting sumber]

Skrip Kufi daripada Al-Quran dari abad ke-9 atau 10.
Hijazi ialah skrip melengkung, mudah, biasanya tanpa tanda atas bawah diacritical. Hijazi biasanya digunakan antara akhir abad ke-7 dan abad ke-8. Ia terdapat pada Al-Quran pertama dan juga pada ukiran batu.
Skrip Maghribi. Surah Al-MaidahAyat 12-13.
Kufi adalah gaya lebih geometrik dan jelas, dengan rima jelas dan penekanan kepada garis melintang. Vokal (nahu) kadang-kala ditanda dengan titik merah; konsonan dibezakan dengan sengkang kecil bagi menjadikan teks lebih mudah dibaca. Sejumlah Al-Quran ditulis dalam gaya ini dijumpai di Masjid di Kairouan, di Tunisia. tulisan Kufi juga wujud pada syiling silam.
Skrip Maghribi dan variasi Andalus adalah bentuk versi Kufi yang kurang kaku, dengan lebih lengkungan.
Bagi menulis Al-Quran dan dokumen lain, Kufi akhirnya digantikan dengan skrip melengkung. Ia kekal bagi tujuan hiasan:
  • Dalam "Kufi berbunga", huruf geometrik kurus dikaitkan dengan unsur gaya tumbuhan.
  • Dalam "Kufi geometrik", hurud diatur dalam pola dua dimensi, rumit, sebagai contoh memenuhi segi empat. Ia bertujuan sebagai hiasan dan bukannya untuk dibaca.

Gaya melengkung[sunting | sunting sumber]

Skrip Naskh dalam Al-Quran Mesir bertarikh sekitar abad ke-14 hingga ke-15.
Gaya melengkung muncul pada abad ke-10.[4] Ia lebih mudah ditulis dan dibaca dan dan tidak lama kemudian menggantikan gaya awal berbentuk geometri, melainkan untuk tujuan perhiasan.
Skrip melengkung enam yang diterima rasmi (al-aqlam al-sittah) dipelopori oleh Ibn Muqla (m. 939 M) dan kemudiannya diperhalusi oleh penggantinya Ibn al-Bawwab (d. 1022) dan Yaqut al-Mustacsimi (m. 1298 M). Skrip Naskh merupakan yang paling meluas digunakan dalam Al-Quran, pengisytiharan rasmi, dan perhubungan peribadi.[4]Teks silam yang menyenaraikan enam gaya ini biasanya tidak memberikan contoh. Oleh itu ia adalah sukar untuk membezakan gaya-gaya ini.
  1. Skrip Naskh atau naskhi adalah penulisan melengkung mudah yang digunakan dalam perutusan sebelum pakar khat mula menggunakannya bagi penulisan Al-Quran. Ia adalah langsing dan lentur, tanpa sebarang penekanan tertentu, dan amat mudah dibaca. Ia kekal bertahan di kalangan gaya yang tersebar luas.
  2. Thuluth adalah gaya penulisan bertenaga dan memuncak, dengan memanjang menegak. Ia digunakan secara esklusif oleh Mamluk semasa abad ke-14 dan ke-15.
  3. Tawqi' muncul di bawah khalifah Abbasiyyah, apabila ia digunakan bagi menanda akta rasmi. Dengan tegak memanjang dan lengkuk yang luas di bawah garis tulis, skrip ini jarang digunakan.
  4. Riqa' ialah versi mini Tawqi', juga jarang digunakan.
  5. Muhaqqaq ialah skrip penuh, cergas. Akhir huruf biasanya panjang dan lengkungannya mengaris di bawah teks.
  6. Rayhani ialah versi mini Muhaqqaq.

Kadar huruf berlainan berdasarkan huruf Alif, satu garis tegak ringkas.
Dari abad ke-14 seterusnya, gaya melengkung lain mula digunakan di wilayah Turki dan Parsi.[4]

Gaya-gaya skrip lain[sunting | sunting sumber]

Nasta'liq ialah gaya melengkung yang dibangunkan dalam dunia Parsi. Nasta'liq bererti "tergantung", yang merupakan gambaran baik mengenai cara setiap huruf dalam perkataan tergantung dari huruf sebelumnya, yakni lebih rendah dan bukannya pada baris yang sama.
Skrip Diwani ialah gaya melengkung khat Arab yang berkembang semasa pemerintahan awal Empayar Uthmaniyyah Turki(abad ke-16 dan awal abad ke-17). Ia dicipta oleh Housam Roumi dan mencapai kemuncak popularnya di bawah Sulaiman I Agung (1520–66). Berfungsi sebagai hiasan dan mampu berhubung, Diwani dibezakan dengan kerumitan pada garis dalam huruf dan jarak dekat huruf dalam perkataan. Satu variasi DiwaniDiwani Al Jali atau Diwani Jeli, berciri banyak tanda baris dan hiasan.
Skrip biasa bagi kegunaan harian adalah Ruq'ah (juga dikenali sebagai Riq'a). Mudah dan senang ditulis, pergerakannya sedikit tanpa banyak penambahan. Ia merupakan yang paling biasa dilihat.
Al-Qur'an (sebahagian Surah Al-Kahf dan Surah Al-Isra') dalam skrip Bihari.
Ia dianggap selangkah tinggi dari skrip Naskh yang merupakan skrip pertama diajar kepada kanak-kanak. Dalam gred berikutnya, mereka diperkenalkan kepada Ruq'ah.
Skrip seni khat yang dikenali sebagai skrip Sini berkembang di China. Bentuk ini menunjukkan bukti pengaruh seni khat Cina, menggunakan berus bulu ekor kuda dan bukannya pen batang rid ("reed"). Ahli penulis khat moden dalam tradisi ini adalah Haji Noor Deen Mi Guangjiang.[5]
Skrip Bihari digunakan di India dalam abad ke-15. Bihari dikembangkan daripada Naskh, berlengkung, dan penggunaannya berkembang selepas wilayah utara India ditakluk Timur. Skrip ini menitikberatkan unsur sublinear huruf dan dapat dibezakan dengan coretan yang tebal di bahagian tengah dan dipahat supaya kelihatan seperti pedang pada bahagian hujung.

Calligram[sunting | sunting sumber]

Contoh calligram. Khat ayat Bismillahdan ungkapan lain dalam bentuk tumbuhan.
Khat, seni Islam yang meluas dalam dunia Muslim, turut memiliki bentuk gambaran. Dengan mengaitkan huruf dalam perkataan bertulis, yang dibuat daripada perkataan "Allah", "Muhammad", "Bismillah", dll., atau dengan menggunakan mikrograf,[6] pakar khat mampu menghasilkan gambaran anthropomorfik (Saidina Ali (ra), Idea Manusia Sempurna orang Sufi, orang yang sedang bersolat,[7] muka), bentuk zoomorfik (makhluk simbol, kebanyakannya daripada ikonografi Syiah, seperti singa (Ali (ra) "Singa Allah")[8] kuda (Duldul Ali),[9] ikan,[6] burung sekendi atau burung lain (Hudhud daripada al-Qur'an)[10][11]) dan bentuk yang melambangkan pedang (Zulfiqar), masjid, kapal (dibuat daripada huruf waw, simbol penyatuan mistik, secara harfiah bererti "dan" dalam bahasa Arab). Callligram berkait dengan mistik Muslim dan popular dengan kebanyakan pakar khat di Turki, Parsi dan India dari abad ke-17 seterusnya.
Dalam pengajaran, imejan figuratif digunakan bagi membantu membayangkan bentuk huruf bagi tujuan menekap imej, sebagai contoh, huruf ha' kelihatan dalam Nasta'liq serupa dua mata, sebagai mana dibayangnkan nama Parsinya: "he'" 'dua mata' he do cheshm). Dalam penulisan dan puisi melihat bayangan dunia semulajadi dalam huruf wujud semenjak zaman Abbasiyyah.
Contoh seni khat dalam dunia perdagangan yang baik ialah logo Al Jazeera, stesen berita antarabangsa yang bertapak diQatar, dan "Edinburgh Middle East Report", journal akademik Scotland berkaitan Timur Tengah.

Peralatan dan media[sunting | sunting sumber]

Penulisan dalam khat, membentuk gegelang sepanjang Qutb Minar, India, dibina 1192 M
Perkasas tradisi bagi penulis khat Arab adalah Qalampen yang dibuat daripada buluh; dakwatnya seringkali berwarna, dan dipilih agar penonjolannya banyak berbeza, dengan itu tulisan panjang pada karya dapat memberi kesan dinamik.
Pelbagai media digunakan bagi mempersembahkan khat. Sebelum kewujudan kertas, papirus dan kertas kulit digunakan bagi menulis. Ciptaan kertas merevolusikan seni khat. Ketika biara-biara Eropah hanya memiliki beberapa dozen jilid, perpustakaan di dunia Islam biasanya memiliki beratus-ratus malah ribuan jilid buku.[1]
Syiling juga merupakan sokongan lain bagi khat. Bermula 692 M, khalifah Islam merombak bentuk syiling di Timur Dekat dengan menukar gambaran visual dengan perkataan. Ia benar terutamanya bagi dinar atau duit mas lain yang bernilai tinggi. Biasanya syiling ditulis dengan petikan daripada Al-Quran.
Menjelang abad kesepuluh, orang Parsi yang memeluk Islam mula menyulam tulisan pada kain sutera bercorak atau beragi. Tekstil bertulis khat amat bernilai sehinggakan tentera Salib membawa ia pulang ke Eropah sebagai barangan bernilai. Contoh terkenal adalah Shroud of St. Josse ("kain kapan St Josse") yang digunakan bagi membungkus tulang St. Josse di biara St. Josse-sur-Mer berdekatan Caen di barat laut Perancis.[12]

Khat masjid[sunting | sunting sumber]

Khat Masjid Islam ialah khat yang boleh didapati di dalam dan di luar masjid, biasanya dalam gabungan dengan motifArabes. Arabes ialah bentuk kesenian Islam yang terkenal kerana bentuk geometrik berulangnya membentuk hiasan yang indah. Bentuk geometrik ini seringkali termasuk khat Arab di tulis pada dinding, siling, di luar dan di dalam masjid. Subjek penulisan ini boleh diambil daripada sumber berbeza Islam. Ia mungkin petikan ayat-ayat Al-Quran atau daripada Hadis, tradisi lisan berkaitan kata-kata dan perbuatan Nabi Muhammad (SAW)

Biasa digunakan dalam masjid:[sunting | sunting sumber]

Bismillah ir-Rahman ir-Rahim
Bismillah ir-Rahman ir-Rahim merupakan bentuk ayat paling biasa didapati dalam masjid. Ia bererti: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
Allah dan Muhammad
Allah ialah perkataan bahasa Arab untuk Tuhan yang tunggal dan Muhammad merupakan rasul terakhir dalam Islam. Kedua-dua perkataan "Allah" dan "Muhammad" hampir sentiasa dijumpai di dalam masjid sebagai peringatan kepada kepercayaan utama ugama Islam.

Galeri[sunting | sunting sumber]